Friday, April 10, 2009

Ancaman Bahaya Sampah Luar Angkasa

Sekitar 18.000 pecahan benda langit buatan manusia kini memenuhi kawasan orbiter dekat Bumi. Ancaman bahaya dari sampah luar angkasa semacam itu bagi misi luar angkasa semakin besar.
 
Era penjelajahan ruang angkasa sudah berumur lebih dari 50 tahun. Konsekuensi logisnya, jumlah sampah benda langit di atmosfir Bumi juga terus bertambah. Berapa banyak sampah luar angkasa ini yang mengorbit atmosfir Bumi tidak diketahui pasti. Taksirannya hingga sekitar 18.000 pecahan benda langit buatan manusia dengan diameter beragam, menjadi sampah di luar angkasa. Akibat penuh sampah, peristiwa kecelakaan benda langit menabrak satelit bukan lagi hal yang luar biasa.
Bahkan pada tanggal 12 maret lalu Stasiun Ruang Angkasa Internasional-ISS nyaris ditabrak sebuah pecahan benda langit yang diameternya hanya 0,8 sentimeter tapi memiliki kecepatan 30.000 km per jam. Menimbang ancaman bahayanya, para astronot yang berada di ISS terpaksa berlindung di kapsul Soyuz, yang dapat segera melakukan manuver melepaskan diri dari ISS jika terjadi bahaya. Menyikapi makin banyaknya sampah di atmosfir Bumi itu, upaya yang kini dilakukan lembaga antariksa berbagai negara dibagi tiga kategori besar, mencegah, mengawasi dan memusnahkannya.
Pemeo lama masih tetap berlaku, mencegah lebih baik daripada mengobati. Mencegah jangan sampai diproduksi terlalu banyak sampah di luar angkasa, lebih baik dan lebih murah ketimbang membersihkannya. Carsten Wiedemann dari Institut untuk Sistem Penerbangan dan Luar Angkasa di Universitas Teknik Braunschweig melontarkan prakiraan suram, jika program peluncuran benda langit ke atmosfir Bumi tetap dilakukan seperti saat ini. Dalam arti meluncurkan dan membiarkan sampah-sampah berukuran kecil berkeliaran di atmofir dekat Bumi. Di masa depan, tidak mungkin lagi meluncurkan wahana ruang angkasa ke kawasan orbiter dekat Bumi itu.
Juga ancaman bahaya tumbukan benda langit yang jatuh ke Bumi semakin besar. Wiedemann menjelaskan lebih lanjut : “Bagi kawasan orbit dekat Bumi, dimana konsentrasi sampah luar angkasa amat padat, dan juga kemungkinan tabrakan sangat tinggi, kami menyarankan agar dilakukan upaya pencegahan. Pencegahan ledakan yang tidak diinginkan, dapat dilakukan dengan cara pasif. Dalam arti, potensi sumber letusan, seperti sisa bahan bakar atau baterai, dibuang dan dikosongkan muatan listriknya. Dengan begitu, tidak ada lagi sumber energi yang tersisa setelah berakhirnya aktivitas satelit.“
Ledakan tidak diinginkan pada roket peluncur yang tertinggal di luar angkasa, merupakan kasus paling banyak yang memproduksi sampah berukuran kecil dalam jumlah cukup banyak di luar angkasa. Sampah lainnya adalah sisa bahan bakar padat, limbah cair yang membeku serta pecahan satelit. Seberapa besar volume sampah di luar angkasa itu, tidak ada yang tahu persis. Sebab perangkat radar di Bumi hanya bisa mendeteksi sampah benda langit yang ukurannya minimal sebesar bola sepak.

Mark Matney dari program untuk pembersihan sampah luar angkasa dari lembaga antariksa AS-NASA mengatakan, kita meluncurkan lebih banyak benda ke luar angkasa, ketimbang membersihkannya lagi. Bahkan setelah tabrakan antara sebuah satelit Iridium dengan satelit Cosmos milik Rusia bulan Februari lalu, situasinya semakin memburuk. Matney menjelaskan : “Apa yang kami lakukan, adalah mengumpulkan data volume puing-puing dari tabrakan itu. Bulan Maret ini kami akan menarik kesimpulan mengenai apa risikonya serta kemungkinan mitigasinya. Keputusan akhir akan kami buat bulan April.“ 
Memang pecahan puing-puing akibat tabrakan dua satelit itu berada di kawasan orbit yang jauh lebih tinggi dari stasiun ruang angkasa internasional-ISS dan jalur penerbangan wahana ulang alik AS. Akan tetapi dalam misi penerbangan berikutnya, wahana ulang alik “Atlantis“ akan memasuki kawasan orbit tsb untuk perbaikan teleskop ruang angkasa Hubble. Artinya ancaman bahaya bagi Atlantis untuk tertabrak puing satelit juga bertambah besar.
Bahaya apa yang mengancam, kembali Mark Matney: “Jika kita dengar berita meledaknya sebuah satelit, selalu dibicarakan pecahan yang berdiameter lebih dari 10 sentimeter, karena minimal puing sebesar itulah yang dapat dilacak jaringan pengawasan ruang angkasa dari kementrian pertahanan AS. Dan dengan itu juga dapat diramalkan arah gerakannya. Akan tetapi masalahnya, terdapat banyak pecahan yang diameternya lebih kecil. Kami menyadari, obyek sepanjang satu sentimeter saja, dapat menyebabkan kerusakan besar pada wahana ruang angkasa.“
Untuk membersihkan kawasan orbit satelit dekat Bumi, gabungan perusahaan Kayser-Threde dari Jerman, Sener dari Spanyol dan korporasi angkasa luar Swedia bersama-sama mengembangkan robot pintar penyapu sampah luar angkasa yang diberi nama SMART-OLEV. Saat ini pelanggan kakapnya juga sudah diperoleh, yakni perusahaan telekomunikasi raksasa Eropa-Eutelsat. Dalam waktu dua tahun mendatang, robot pintar pengumpul sampah SMART-OLEV akan diluncurkan ke ruang angkasa. Tugasnya adalah mengambil alih kendali dan navigasi sebuah satelit milik Eutelsat yang melenceng dari jalur orbitnya di atas Bumi. Robot akan menghidupkan motor pendorong satelit, untuk menempatkannya di posisi orbit baru sekitar 30 kilometer lebih tinggi, dan dengan begitu memperpanjang masa operasi satelit. Artinya, terciptanya sampah baru di luar angkasa juga dapat dicegah.

Robot pintar tidak berawak itu, juga bisa sampai lima kali melakukan tugasnya, bergabung dan melepaskan diri lagi dari sebuat obyek. Dengan begitu setelah selesai bertugas di sebuah satelit, robotnya bisa diarahkan ke satelit lainnya yang harus ditangani. Tentu saja jika persyaratan keselamatannya terjamin. Sebab sebuah pecahan benda langit bergerak dengan kecepatan rata-rata tujuh kilometer per detik, atau beberapa kali lebih cepat dari kecepatan peluru yang ditembakkan dari larasnya. 
Juga pusat penerbangan dan antariksa Jerman-DLR saat ini sedang melakukan ujicoba robot serupa dengan Smart OLEV yang diberi nama DEOS. Robot penangkap satelit ini dirancang beroperasi di kawasan orbiter dekat Bumi. Prinsipnya juga sama, yakni robot DEOS menangkap satelit yang akan diaktivkan kembali atau dipindahkan ke kawasan orbiter yang lebih tinggi. Ujicoba di laboratorium DLR di München menunjukkan, metode yang dikembangkan di Jerman cukup handal untuk menanggulangi sampah benda langit berukuran cukup besar.
Namun Carsten Wiedeman dari institut penerbangan dan antariksa Universitas Braunschweig menegaskan, pembersihan sampah di luar angkasa adalah kerja keras yang tidak akan tuntas dalam waktu dekat. Weidemann mengungkapkan lebih lanjut : “Hal ini tentu saja masalah besar, karena itu dari sekarang kita harus menjelaskan kepada para politisi dan industri, bahwa pencegahannya harus segera dimulai. Tidak dapat dihindarkan, satu hari nanti kita harus mengerjakan hal tsb. Sebab bisa saja dalam dekade atau abad mendatang, sampah luar angkasa di orbit dekat Bumi memicu reaksi berantai, yang merusak satelit yang sudah tidak berfungsi maupun yang masih aktif. Ledakan yang dipicu reaksi ini, memproduksi sampah luar angkasa lebih banyak lagi dan memicu efek seperti longsoran salju.“
Para ilmuwan AS juga sudah meramalkan, juga jika sekarang ini tidak diluncurkan lagi obyek ke kawasan orbiter dekat Bumi, akibat ledakan satelit yang sudah tidak aktif, jumlah partikel sampah di kawasan tsb dalam 200 tahun mendatang akan meningkat tiga kali lipat. Artinya ancaman terjadinya reaksi berantai yang merusak satelit aktif akan meningkat secara drastis pula.



Setelah sekian lama memohon...
menunggu...
dan merengek,... Harapan Salma n' Tika buat mejeng diblog orang, akhirnya...

More photos for Salma n' Tika

Saturday, April 4, 2009

Orang-orang ber IQ tinggi

Orang-orang dengan IQ tinggi selalu dianggap makhluk aneh yang sulit difahami. Juga di Jerman, sistem persekolahan masih kesulitan mewadahi orang ber-IQ tinggi.
 
Orang-orang dengan intelegensia tinggi atau biasa disebut jenius, selalu dianggap makhluk aneh yang sulit difahami. Mereka selalu dianggap orang-orang yang selalu terbenam dalam tumpukan buku, exentrik dan tidak menyentuh realitas. Juga di Jerman yang tergolong negara maju dengan mutu pendidikan tinggi, anak-anak dengan IQ tinggi, juga tidak tercakup dalam sistem persekolahan umum yang amat birokratis.
Prasangka terhadap orang-orang dengan intelegensi tinggi atau para jenius, muncul karena kekurang mengertian akan kemampuan mereka. Penyebabnya, karena orang-orang dengan IQ tinggi memang amat jarang. Jumlahnya hanya sekitar dua persen populasi. Tentu saja kita ikut bertanya? Apa dan siapa yang disebut orang-orang jenius itu? Berdasarkan definisinya, jenius atau orang berintelegensi tinggi adalah mereka yang memiliki kuosient kecerdasan IQ di atas 130. Orang-orang normal memiliki kuosient kecerdasan rata-rata 100.
Kecerdasan tinggi bukan hanya di bidang matematika atau fisika, akan tetapi juga dalam ilmu lainnya. Di sekolah, para jenius ini dapat memahami dengan mudah pelajaran sulit, seperti matematika, fisika atau kimia, jauh meninggalkan teman sekelasnya yang memiliki kecerdasan rata-rata. Untuk menghimpun orang-orang dengan IQ tinggi, dibentuk organisasinya yang diberi nama – MENSA, yang  saat anggotanya di seluruh dunia berjumlah sekitar 100.000.
Belum lama ini MENSA seksi Jerman yang memiliki sekitar 5.000 anggota, menyelenggarakan pertemuan orang-orang dengan IQ tinggi se Eropa yang digelar di kota Köln. Sebanyak 350 orang berintelegensi tinggi dari 20 negara Eropa hadir dalam pertemuan itu. Pertemuan itu terutama membahas masalah yang dihadapi para jenius dalam sistem pendidikan yang dirancang untuk murid dengan kecerdasan rata-rata. Sekaligus juga untuk melacak sedini mungkin anak-anak dengan intelegensia tinggi. Masalahnya, banyak orang dengan IQ tinggi yang dinilai justru sebagai orang bermasalah. Sehingga justru kelebihannya jarang diperhartikan.
Seperti diungkapkan Michaela seorang konsultan perusahaan dari negara bagian Jerman Bayern yang memiliki IQ di atas 130 mengatakan, saat duduk di bangku sekolah ia tidak pernah membuat pekerjaan rumah. Tentu saja guru-gurunya marah.  Michaela bercerita; “Saya biasanya duduk dengan posisi buku PR yang tidak bisa dilihat orang, karena di dalamnya kosong. Tapi jika saya mulai mengerjakan, perhitungan matematika bisa saya kerjakan dengan cepat.“
Itulah kelebihan orang-orang jenius. Dalam bidangnya mereka bisa bekerja amat cepat. Dalam pelajaran matematika misalnya, dimana orang-orang dengan IQ rata-rata harus mengerjakan hitungannya berjam-jam, orang dengan IQ tinggi biasanya mengerjakan dalam waktu hanya beberapa menit.
Tapi apakah semua orang jenius atau ber IQ tinggi itu jago matematika? Tidak selalu. Demikian ditegaskan  ketua perhimpunan orang ber IQ tinggi MENSA cabang Jerman Christine Warlies; “Selalu terdapat praduga yang salah. Semua jago matematika, fisika dan teknologi informatika. Terutama perempuan sering kurang percaya diri, dan mengatakan saya kurang pandai matematika, IQ saya pasti tidak tinggi“
Tapi mengetahui apakah seseorang itu memang jenius amatlah sulit. Juga di Jerman yang tergolong negara maju, sistem pendidikan yang diterapkan belum mampu mewadahi anak-anak didik yang tergolong jenius. Banyak yang bakat jeniusnya ditemukan agak terlambat. Atau secara tidak sengaja, seperti yang dialami Julian murid sekolah dasar yang baru berusia 8 tahun. Ia selalu dihukum oleh guru, karena dinilai biang kerok yang selalu menimbulkan kericuhan di kelas. Karena dituduh sebagai anak hyper-aktif, Julian dikirim ke psikolog untuk dites. Tes IQ menunjukkan Julian tergolong memiliki kuosioent intelegensi 142 atau tergolong jenius. Rupanya Julian merasa bosan belajar di kelas, karena semua mata pelajaran dianggapnya terlalu mudah. Karena itu ia mulai meneror teman-teman sekelasnya. Berdasarkan hasil tes itu, Julian diizinkan lompat ke kelas yang lebih tinggi. Setelah itu, gairahnya pada sekolah dan mata pelajaran kembali normal dan perilakunya lebih tenang. Namun sampai kapan? Karena biasanya orang dengan IQ tinggi seperti itu, hanya dalam waktu singkat mampu melalap semua pelajaran dan harus kembali lompat kelas.


Sebetulnya untuk mengetahui bahwa seseorang itu memiliki IQ di atas rata-rata caranya cukup gampang. Yakni menjalani test IQ. Tapi jarang yang melakukan test psikologi semacam itu- apalagi harus membayar. Misalnya saja seorang remaja berusia 25 tahun yang mengaku bernama Kat yang tinggal di Hamburg menggambarkan bagaimana ia secara tidak sengaja menjadi anggota perhimpunan para jenius MENSA karena penasaran ikut tes IQ:
Kat bercerita sambil ketawa cekikikan; “Saya pikir, test ini pasti seru, apa salahnya jika dicoba. Saya ikut test dan setelah itu perasaan saya biasa-biasa saja. Seminggu kemudia saya menerima surat, saya tergolong jenius. Saya lalu telefon semua teman yang saya kenal.“
Kat tidak menyangka dirinya tergolong memiliki IQ tinggi. Karena perilakunya sehari-hari tidak sesuai dengan gambaran tipikal orang jenius yang exentrik dan sulit bergaul. Kat memiliki banyak teman, di sekolah merasa bahagia, juga dalam pekerjaan tidak ada masalah. Anak jenius biasanya menghadapi masalah, karena tingkat kecerdasannya tumbuh lebih pesat dari kematangan emosinya. Karena itu banyak yang terus gelisah, sepanjang hidupnya mencari jatidiri dan pekerjaan yang membuat bahagia.
Seperti diungkapkan Jerome remaja dengan IQ tinggi yang berasal dari Belanda : “Kerja adalah hobby saya, boleh disebut hobby-holic lah. Saya nggak bisa diam. Saya harus terus bekerja, kalau tidak saya akan bosan.“
Adapula orang jenius hanya dalam satu ilmu saja, tapi dalam bidang lainnya justru terbelakang. Orang-orang semacam ini disebut autis. Menempatkan autis dalam sistem persekolahan umum, jauh lebih sulit lagi ketimbang jenius biasa. Misalnya saja seorang remaja bernama Nicole yang jago ilmu alam, selalu bingung jika ditanya soal keseharian.  
Nicole mengatakan: “Saya bisa berdebat tema ilmu pengetahuan dengan baik. Tapi kalau ditanya soal remeh temeh, seperti bagaimana cuaca hari ini, atau apa kabar kamu atau bagaimana kabar nenek, saya seringkali tidak bisa mengikutinya lagi.“
Menyadari kesulitan yang dihadapi anak-anak dengan IQ tinggi, para jenius yang sudah mapan, baik yang bekerja di bidang pendidikan atau di bidang lain, mendirikan sekolah-sekolah khusus. Hal ini membantu para jenius muda mengembangkan kemampuannya. Namun masalah lain juga muncul, yakni biaya yang amat tinggi bagi pendidikan individual semacam itu. Sementara negara juga sulit membantu, karena anggaran lebih banyak untuk mengembangkan persekolahan umum.

Friday, April 3, 2009

Dark Matter

Di Tahun Astronomi Internasional 2009 ini, para ilmuwan hendak lebih memperkenalkan ilmunya kepada masyarakat luas.
 
Tahun 2009 ini dicanangkan sebagai tahun astronomi internasional. Pemilihan tahun 2009 dilakukan berkaitan dengan peringatan 400 tahun ilmu astronomi modern. Pada tahun 1609 dua ilmuwan pengamat benda langit, Johannes Kepler dan Galileo Galilei membuat terobosan besar bagi landasan ilmu astronomi modern. Dalam bukunya “Astronomia Nova“, Kepler memperkenalkan gagasannya mengenai hukum fisika yang mempengaruhi gerakan planet. Sementara Galileo Galileo dengan teropong bintangnya memulai era pengamatan astronomi menggunakan teropong jarak jauh. Hingga menjelang Kepler memaparkan teorinya mengenai pergerakan planet, kebanyakan ilmuwan masih meyakini Bumi sebagai pusat alam semesta. Sekarang ilmu astro-fisika maju pesat, dengan gagasan-gagasan baru yang amat radikal mengenai alam semesta.
Hingga 400 tahun lalu, gagasan yang menolak Bumi sebagai pusat alam semesta akan dikecam oleh gereja sebagai pendosa besar. Namun Johannes Kepler dan Galileo Galilei dengan berani mendobrak ilmu astronomi klasik yang dikukuhkan Claudius Ptolemäus dari abad kedua Masehi itu. Hukum Kepler mengenai gerakan planet dalam lintasannya mengelilingi matahari, hingga kini tetap menjadi landasan dalam ilmu astro-fisika. Sementara pengamatan Galileo menggunakan teropong bintang, membuka cakrawala baru dalam ilmu astronomi. Sekarang ini pengamatan menggunakan teleskop terrestrial maupun teleskop ruang angkasa, merupakan standar penelitian astronomi yang tidak dapat dihindarkan. Dengan terobosan dari kedua ilmuwan itu, ditemukan materi eksotis lainnya yang membentuk alam semesta.
Seperti diungkapkan Reinhard Genzel, direktur Institut Max-Planck untuk fisika ektra-terrestrial di Garching : “Disana ada materi dan energi yang tidak bercahaya, yang jauh lebih besar dari bintang-bintang yang kasat mata. Terdapat penafsiran umum, adanya bentuk materi yang berbeda dari yang kita kenal. Tapi kita tidak dapat melihatnya.“

Inilah yang disebut materi gelap dan energi gelap. Dua materi pembentuk alam semesta yang dewasa ini menjadi topik utama penelitian para ahli astronomi dan astro-fisika. Diperkirakan materi gelap memiliki volume sekitar 25 persen dan energi gelap sekitar 70 persen volume keseluruhan alam semesta. Artinya materi dan benda langit kasat mata, seperti planet, bintang, galaksi dan sebagainya hanya sekitar lima persen dari volume alam semesta. Fenomena menarik lainnya adalah yang disebut Lubang Hitam. Nama lubang hitam diperkenalkan oleh ahli fisika AS Prof. John Wheeler pada tahun 1967, untuk menggambarkan fenomena benda langit yang gaya gavitasinya amat besar sehingga menelan semua materi yang ada di dekatnya, termasuk cahaya. Genzel dari Institut Max-Planck adalah pakar lubang hitam. Dalam pencanangan tahun astronomi internasional di Paris belum lama ini, Genzel juga memaparkan pandangannya mengenai materi gelap berkaitan teori ekspansi alam semesta : “Jika terjadi ledakan yang semburat ke semua arah, dan di sana terdapat gaya gravitasi, maka akan terjadi perlambatan. Kembali penafsiran memainkan peranan. Di sana harus ada semacam energi dalam keadaan hampa udara, dan dalam volume amat besar. Apakah ini merupakan penjelasan yang tepat, menjadikan tema ini amat menegangkan.“

Tema lainnya dalam tahun astronomi internasional yang juga amat menarik adalah penelitian mengenai exo-planet yakni planet-planet mirip bumi yang ada di luar tata surya. Apakah ada kehidupan lain di luar Bumi? Sejauh ini para pakar astronomi sudah menemukan lebih dari 300 planet yang kondisinya mirip Bumi di luar tata surya. Untuk mengetahui, apakah di exo-planet itu dapat atau bahkan sufah terbentuk kehidupan, masih diperlukan penelitian beberapa puluh tahun lagi. Namun sasaran utama pencanangan tahun astronomi internasional, adalah untuk menarik minat generasi muda terhadap bidang penelitian astronomi.

Reinhard Genzel menegaskan, mereka tidak dapat memperhitungkan, apakah banyak remaja akan tertarik. Namun ia yakin, adalah tidak buruk bahwa mereka dapat menjelaskan, bahwa fisika bukanlah ilmu kering, yang membosankan dan tidak disukai siswa. Akan tetapi dapat menunjukan, salah satu bagian dari fisika yakni astronomi, memiliki hal-hal yang amat menarik bagi semua orang.


Dalam tahun astronomi internasional, semua orang hendak dibangkitkan gairahnya untuk melihat alam semesta. Selain itu minat penelitian juga hendak didorong. Sepanjang tahun 2009 ini akan digelar berbagai acara dan program aksi di berbagai negara, untuk lebih memperkenalkan bidang keilmuan tsb. Catherine Cesarsky ketua perhimpunan pakar astronomi internasional mengatakan : “Kita memiliki banyak hal yang amat mengagumkan. Kita hidup di alam semesta, dan masih banyak yang dapat ditemukan. Kami tidak boleh mengangkanginya. Kami harus membaginya kepada umat manusia.“


Apa yang diungkapkan Cesarsky memang amat tepat. Sebab masih banyak yang tidak memahami perilaku alam semesta. Awam banyak yang menganggap alam semesta statis dan sejak jutaan tahun sebelumnya tidak berubah. Padahal alam semesta itu dinamis dan memiliki siklus lahir, hidup dan mati. Memang diukur dengan rentang waktu kehidupan manusia yang relatif pendek, dinamika alam semesta nyaris tidak kentara, sehingga dianggap tidak pernah berubah.

Bintang-bintang baru selalu dilahirkan dan bintang tua mati. Kematian bintang juga menyisakan banyak misteri. Ada yang meledak menjadi supernova, ada yang menciut tertarik gaya gravitasinya sendiri menjadi bintang cebol putih. Atau dalam kondisi ekstrim menjadi lubang hitam. Para ilmuwan terus mencoba memahami awal mula terciptanya alam semesta, dengan membuat simulasinya dalam skala mikro. Misalnya saja dalam instalasi pemercepat partikel amat besar-HLC, atom ditumbukkan dalam kecepatan cahaya untuk menguraikannya menjadi unsur terkecil penyusunnya seperti di saat dentuman besar.
Catherine Cesarsky dari perhimpunan pakar astronomi dunia mengatakan : "Lihat saja, tahun ini akan menjadi amat menarik. Di akhir tahun, semua menjaadi lebih paham, bahwa kita berada di era penelitian yang lebih istimewa dari yang kita bayangkan.“

Juga masih banyak misteri alam semesta yang harus dipecahkan. Yang terutama bagaimana membuktikan keberadaan materi dan energi gelap yang merupakan unsur terbesar di alam semesta. Apakah alam semesta ini setelah dentuman besar terus memuai atau akan menyusut kembali? Apakah dentuman besar itu awal dari segalanya atau hanya sekedar fase antara ? Dan apakah alam semesta yang kita kenal ini, yang luasnya sulit diukur dengan pancaindera manusia adalah satu-satunya, atau satu diantara milyaran alam semesta serupa seperti ibaratnya satu dari milyaran gelembung busa sabun yang mengambang.

Sumber : DW-WORLD.DE

Materi Gelap

“Ada apa diluar sana?” adalah pertanyaan klasik yang dilontarkan orang ketika memandang langit.

Astronomi berusaha menjawab pertanyaan ini, karena alam semesta telah menggoda kita dengan jawaban-jawaban mengaggumkan, sekaligus membuat membuat kita frustasi dengan pertanyaan-pertanyaan mengaggumkan.

Keseluruhan alam semesta bisa diringkas dalam konsep massa/energinya. (Massa dan energi dikenal sebagai sesuatu yang dapat ditukar satu sama lain melalui persamaan Albert Einstein yang terkenal, yang telah menghubungkan keduanya : E = mc kuadrat). Berikut menunjukkan perhitungan terakhir untuk isi massa/energi seluruh alam semesta, beserta komentar singkat mengenai yang kita ketahui tentang setiap isinya.

Kandungan alam semesta itu ada 4 yaitu Energi gelap, Materi gelap, Materi biasa, dan Neutrino. Energi gelap yang menyusun alam semesta 73% (massa) yang menyebabkan pengembangan alam semesta yang makin cepat. Meski tak terlihat dan sifatnya belum diketahui, efek kuat energi gelap telah diperhatikan.

Materi gelap yang menyusun alam semesta 23% (massa), juga belum diamati, tetapi materi gelap berperan dalam rotasi cepat galaksi dan kelompok-kelompok galaksi.

Ada juga Materi biasa yang menyusun alam semesta 4% (massa). Contohnya seperti Bintang, galaksi, dan kelompok galaksi yang terang yang diamati.

Dan Neutrino. Ia menyusun alam semesta kurang dari 1% (massa). Sebenarnya, batas atas untuk massa totalnya telah dirancang, tetapi nilai yang sebenarnya belum ditentukan.

Dampak penemuan ini cukup mengejutkan : Meskipun betul-betul tak terdeteksi, tetapi energi gelap dan materi gelap dinyatakan menyusun 96% alam semesta dan mendominasi gerakannya.

Cukup logis bila kita ingin tahu bagaimana astronomi bisa mencapai pemahaman baru ini. Seperti kisah detektif yang bagus, pemahaman kita disusun dengan mendalam, satu tahap metode ilmiah pada satu waktu. Sekarang ini, rangkaiannya secara khusus bekerja seperti : Sebuah alat percobaan yang baru atau sudah diperbaiki membuat sesuatu yang baru untuk diamati. Para pencipta teori lalu berusaha menjelaskan informasi yang baru dengan teori yang sudah ada atau mereka membuat hipotesis alternatif. Kemudian perkiraan dibuat, dan percobaan-percobaan baru dilakukan untuk melihat apakah kenyataanya cocok dengan perkiraan. (Bayangkan para pengamat yang dengan gembira menyerahkan kentang panas pada para penyusun teori)